Angkat Problema Wanita, Pentaskan “Tiyang”

PATI – Masih cukup maraknya permasalahan yang mendeskriditkan wanita menjadi perhatian oleh Teater Suryopati, Staimafa. Dengan mengangkat isu perempuan, mereka berharap tidak ada lagi terjadi aksi kekerasan maupun eksploitasi kaum hawa. Permasalahan semacam inilah yang diangkat oleh Teater Suryopati dalam pementasan pada Minggu (3/5).
Pentas itu menyajikan lakon berjudul Tiyang karya Siwigustin dari teater Minatani.Sedangkan sutradaranya adalah Arif Khilwa. Cerita itu diawali dengan kegelisahan seorang anak perempuan yang bernama Tiyang berusia 15 tahun telahir yang hanya memiliki satu tanggan. Setelah ditinggal mati oleh ayahnya, dia menentang keinginan Pratiwi kakak perempuannya yang hendak menikah sebagai pelunas hutang yang dtinggalkan ayahnya. Tiyang takut akan kesendirian dan hinaan orang-orang akan keadaan dirinya setelah ditinggal orang-orang dekatnya. Ternyata setelah menikah Pratiwi tak diizinkan untuk pergi keluar rumah, termasuk menjenguk ibu dan adiknya. Sampai Ibunya meninggal Pratiwi tidak pernah mengetahuinya.
Nasib Pratiwi kembali berubah setelah suaminya meninggal akibat over dosis minuman keras tepat di usia pernikahannya yang ketujuh. Namun saat hendak kembali kerumahnya ternyata Tiyang tidak lagi mengharapkan kedatangannya. Ternyata kasus itu kembali berulang. Ketika datang seorang tamu yang mengaku bahwa ayah mereka masih memiliki hutang kepada suaminya sebesar 15 juta. Karna tak ada bukti tamu tersebut diusir. Prahara itulah yang ternyata kembali mengingatkan permasalahan adik kakak hingga akhirnya dapat kembali berkumpul. ‘’Dari pementasan ini sangat banyak pesan yang dapat diambil, sepintas memang ini untuk perempuan sebagai seorang ibu, istri atau seorang anak. akan tetapi banyak pelajaran juga bagi kaum pria, terutama dalam perannya sebagai kepala keluarga,’’Ujar Arif Khilwa yang telah menyudradarai pentas ini.
Sementara itu Inda Adelweis, ketua Teater Suryopati sekaligus pimpinan produksi pentas tersebut mengatakan bahwa naskah Tiyang digelar sebagai pentas produksi yang pertama. Pentas itu dikatakannya tidak hanya sebagai tontonan tapi bentuk kerukunan lintas komunitas. Terbukti dalam proses ini telah melibatkan dari banyak pihak anatara lain Teater aliyah salafiyah, Gandrung Sastra, Smaput, Teater Minatani dan Padi production. ‘’Pentas ini sangat penting bagi kami karena setelah sekian tahun kami baru kali ini mengelar pentas produksi yang melibatkan banyak pihak, hal ini mampu member motivasi untuk berkarya selanjutnya. Saya juga ucapkan terima kasih kepada pihak kampus yang telah membantu banyak dalam pementas kali ini,’’imbuhnya.(dwa-36)
SHARE

IPMAFA

Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment